HaiAhli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan: "Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan" [QS. Al-Maaidah : 19]. Ahli fatrah terbagi menjadi dua macam : AlasanRasulullah SAW puasa Senin Kamis. 1. Hari turunnya Al Qur'an. Dalam pandangan Rasulullah, puasa Senin dan Kamis merupakan puasa yang punya keutamaan dan dilaksanakan di hari istimewa, seperti dikutip dari buku Dahsyatnya Puasa Sunah: Kunci Utama Meraih Sukses Dunia dan Akhirat oleh H. Amirullah dan Hj. Lus Nur'aeni Afgani. PuasaHari-Hari Putih - Iaitu pada 13,14 dan 15 setiap bulan Islam. Dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah SAW pernah berpesan dengan tiga perkara: Puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat solat Duha dan solat witir sebelum tidur (Hadis Bukhari). Syekh Ruyani berpendapat bahawa berpuasa tiga hari setiap bulan adalah sunat dan lebih afdal jika Setelahmendengar cerita tersebut, Nabi SAW berdiri dan mengambil gandum dengan tangannya mengucapkan bismillah. Kemudian, Nabi berkata kepada putrinya sebagai bentuk nasihat dan penyemangat supaya putrinya tidak lagi mengeluh ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Beliau memberikan lima nasihat kepada Fatimah terkait keluhannya. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Berdasarkan Buku Pelajaran Kelas V SD/MI untuk Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa pada pelajaran 4 tentang Bulan Ramadhan yang Indah berisi penjelasan tentang A. Puasa di Bulan Ramadhan B. Memperbanyak Kebaikan di bulan Ramadhan C. Manfaat Puasa Ramadhan RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS V SD/MI PELAJARAN 4 BULAN RAMADHAN YANG INDAH SOAL A. Puasa di Bulan Ramadhan Ikutilah percakapan dua orang yang berteman, Ali dan Feri, berikut ini. “Fer, saya melihat wajahmu kurang ceria hari ini, ada apa?” sapa Ali. “Kamu kan tahu Ali, sekarang ini bulan Ramadhan, saya sedang berpuasa,“ jawabnya. “Ooo, kamu sedang berpuasa, baguslah. Tetapi, kenapa kamu kelihatan begitu lemas?”. “Ali, saya katakan kepadamu sejujurnya, tahun ini saya berniat untuk melaksanakan puasa penuh satu bulan”. Sebelumnya puasa saya tidak pernah penuh satu bulan. “Biarlah saya lapar dan kelihatan lemas, asal Allah Swt. sayang sama saya,” lanjut Feri. “Niatmu bagus sekali Fer. Selama ini, saya juga melaksanakan puasa penuh satu bulan, karena saya berharap kasih sayang Allah Swt., timpal Ali”. 1. Mengapa Harus Berpuasa? “Suatu waktu, Ali pernah bertanya dalam hati. Mengapa Tuhan menyuruh manusia berpuasa, tidak boleh makan dan minum sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari“? Pertanyaan itu dapat terjawab setelah bapak gurunya memberi tahu di sekolah ketika pelajaran agama. Ikutilah pelajarancg berikut. 2. Puasa Hadiahnya “Takwa” Di dalam al-Baqarah/2 183, Allah Swt. telah menjanjikan bagi orang yang berpuasa dengan baik akan mendapatkan predikat “takwa”. Apa yang di maksud dengan takwa? Takwa ialah melakukan semua perintah Allah Swt. dan menghindari semua larangan-Nya. Orang yang sungguh-sungguh bertakwa hidupnya tenteram dan bahagia, kemudian di akhirat kelak akan memperoleh taman surga yang sangat indah dan bahagia selama-lamanya. Berpuasa yang baik, harus memahami dan mengikuti ketentuan-ketentuannya. Puasa dalam bahasa Arab disebut saum atau siyam, artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, dan menahan berbicara yang tidak bermanfaat. Sedangkan puasa menurut ajaran agama Islam artinya menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat dan beberapa syarat. Baca Pengertian Puasa, Ketentuan dan Manfaat berpuasa di bulan suci Ramadhan Apabila ketentuan-ketentuan tersebut dapat dipenuhi, puasa seseorang dapat memberi manfaat dan pasti memperoleh predikat takwa. Pelajari dengan sungguh-sungguh ketentuan-ketentuan puasa berikut ini di a. Syarat wajib puasa, artinya apabila syarat-syarat ini terdapat pada diri seseorang, maka orang tersebut wajib berpuasa, yaitu Berakal sehat. Orang gila/hilang akal tidak wajib berpuasa. Balig atau dewasa. Anak-anak yang belum balig tidak wajib berpuasa. Kuat berpuasa. Orang yang lemah fisik tidak wajib berpuasa. Misalnya lemah karena tua boleh tidak puasa tetapi menggantinya dengan fidyah. Demikian juga orang yang sedang sakit boleh tidak puasa tetapi wajib mengganti puasa dihari lain setelah sembuh. Apakah fidyah itu? Fidyah adalah denda sebagai ganti bagi orang yang tidak mampu melakukan puasa. Caranya adalah memberi makan setiap hari sejumlah hari di mana orang yang bersangkutan tidak berpuasa kepada orang yang fakir atau miskin. Banyaknya satu mud. Satu mud adalah ukuran berat 626 gram. Fidyah bisa berupa beras atau makanan pokok yang mengenyangkan. b. Syarat sah puasa, artinya apabila syarat ini terdapat pada seseorang maka puasanya sah, yaitu sebagai berikut. Islam, orang yang tidak beragama Islam tidak sah berpuasa. Berakal, orang yang tidak berakal gila atau orang yang dalam keadaan mabuk tidak sah berpuasa. Mumayyiz/Tamyiz, yaitu cerdas dan dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Suci dari haid bagi wanita. Orang yang haid tidak sah berpuasa. Adapun nifas adalah kondisi setelah seorang ibu melahirkan. Mereka juga tidak sah berpuasa. Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa bulan Ramadhan. Kita dilarang berpuasa pada dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, dan hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Haji. Baca Makna Serta Hikmah Idul Fitri dan Arti Kata Ucapan Lebaran c. Rukun puasa ada dua. Pertama, berniat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan. Waktunya setelah matahari terbenam sampai sebelum terbit fajar saddiq. Kedua, menahan dari segala yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar saddiq hingga terbenam matahari. Baca Bulan Suci Ramadan Pengertian, Hikmah dan Rukun Puasa Ramadhan 1. Hal yang Membatalkan Puasa Makan atau minum dengan sengaja. Muntah dengan sengaja Datang bulan/haid atau melahirkan Hilang akal/gila walaupun sebentar Murtad keluar dari agama Islam. 2. Hal-hal yang Merusak Pahala Puasa Apabila seseorang sedang berpuasa, lalu melakukan perbuatan tercela maka rusak atau berkurang pahala ibadah puasanya. Contoh perbuatan tercela adalah berdusta, menghina, menghasut, memfitnah, berkata kotor, berkelahi atau bertengkar, dan sebagainya. Apabila seseorang sedang berpuasa tetapi melakukan perkelahian, maka puasanya tetap sah namun tidak mendapatkan pahala. B. Memperbanyak Kebaikan di bulan Ramadhan Mari memperbanyak kebaikan di bulan Ramadhan. Karena Rasulullah saw. suka berbuat kebaikan. Berikut ini adalah contoh-contoh perbuatan baik yang selalu dilakukan beliau. 1. Salat Tarawih Berjamaah Di Malam Hari Setelah Salat Isya. Setiap malam pada bulan Ramadhan orang-orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan, berbondong-bondong pergi ke masjid, musolah. Mereka melaksanakan salat tarawih dan witir. 2. Tadarus al-Qur’an Tadarus al-Qur’an artinya membaca al-Qur’an secara tartil dengan tajwid dan makhraj yang benar atau dengan bacaan yang fasih. Selain membaca, ada lagi yang mempelajari isi kandungan al-Qur’an. Tadarus dapat dilaksanakan sendiri-sendiri atau dengan cara bergantian, yaitu salah seorang peserta membaca al-Qur’an sedangkan yang lainnya menyimak atau memperhatikan bacaan tersebut. Ketika dijumpai kesalahan membaca, maka peserta yang lainnya segera membenarkannya sesuai dengan bacaan semestinya. Tidak dibenarkan jika salah seorang membaca al-Qur’ān sedangkan yang lainnya asik bercerita di dekat orang yang membaca al-Qur’an tersebut. 3. Memperbanyak Sedekah Bersedekah maksudnya memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain dengan niat ikhlas karena mengharap rida Allah Swt. C. Manfaat Puasa Ramadhan Mari meraih manfaat ibadah puasa Ramadhan. Manfaat orang yang berpuasa terutama puasa Ramadhan sangat banyak, di antaranya hal-hal berikut. 1. Ungkapan Rasa Syukur kepada Allah Swt. Ibadah puasa dan ibadah lainnya merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. 2. Melatih Kejujuran Di saat berpuasa, kita menahan lapar dan dahaga, mampu untuk tidak makan dan minum meskipun tidak ada yang melihat. Kita yakin bahwa Allah Swt. Maha Melihat 3. Menanamkan Rasa Kasih Sayang Dengan berpuasa, kita dapat merasakan penderitaan orang lain. Banyak di antara mereka kelaparan dan kehausan. Sesama manusia, kita harus mengasihi dan menyayangi dengan memberikan bantuan agar mereka juga merasakan kebahagiaan. 4. Sehat Jasmani dan Rohani Orang yang berpuasa akan merasakan sehat jasmani dan rohaninya. Rasulullah saw. pernah mengatakan “Puasalah kamu, supaya sehat”. 5. Melatih Kesabaran Pengendalian Diri Ibadah puasa dapat juga membentuk sikap sabar. Sedangkan sabar adalah sikap utama untuk sukses. Contohnya, orang yang ingin sukses dan berprestasi di sekolah harus sabar dalam belajar. Ingin sukses bermain bola harus juga sabar berlatih. Ingin sukses masuk surga sekalipun harus sabar mentaati perintah Allah Swt. Jadi bagi teman di yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus menggunakan sikap sabar. RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KELAS V SD/MI PELAJARANCG 4 BULAN RAMADHAN YANG INDAH 1. Puasa Ramadhan adalah perintah Allah Swt. sebagaimana terdapat dalam al-Baqarah/2 183. 2. Berpuasa pada bulan Ramadhan untuk meraih derajat tertinggi, yaitu “takwa”. 3. Puasa memiliki ketentuan-ketentuan, seperti syarat wajib puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, dan yang membatalkan puasa. 4. Pada bulan puasa dianjurkan memperbanyak amal ibadah, seperti salat tarawih berjamaah, tadarus al-Qur’an, dan memperbanyak sedekah. 5. Puasa Ramadhan mengandung banyak manfaat, di antaranya ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt., melatih kejujuran, menanamkan rasa kasih sayang, sehat jasmani dan rohani, dan melatih kesabaran pengendalian diri. Pelajari KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QODAR DAN TANDA ADANYA LAILATUL QODAR PENGERTIAN LAILATUL QADAR MENURUT ISTILAH DAN HAKIKATNYA SOAL Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar dan jelas. 1. Sebutkan arti كُتِبَ yang terdapat dalam al-Baqarah/2 183. 2. Orang yang berpuasa akan meraih takwa. Apa arti takwa? Jelaskan. 3. Sebutkan arti puasa menurut bahasa Arab. 4. Sebutkan arti puasa menurut ajaran Islam. 5. Apakah boleh orang hilang akal berpuasa? Jelaskan. 6. Apakah sah puasa orang yang sudah mumayyiz? Jelaskan. 7. Apa arti mumayyiz? Jelaskan. 8. Rukun puasa ada dua. Jelaskan keduanya. 9. Jelaskan sesuai pengetahuanmu dua manfaat orang yang berpuasa. 10. Apakah terdapat hubungan antara puasa dengan sabar? Jelaskan. Foto Foto MgRol_94 Ilustrasi Doa... SLEMAN - Saat berpuasa, umat Islam diwajibkan menahan lapar dan haus lebih dari 10 jam. Selama 8 jam itulah, organ-organ tubuh beristirahat. Dokter PKU Muhammadiyah Muhammad Agita Hutomo menuturkan, puasa bahkan baik bagi metabolisme tubuh. Pasalnya puasa dapat mengistirahatkan lambung, menormalkan fungsi jantung, mengistirahatkan hati, merangsang hormon glukagon, menghilangkan endapan racun, menyehatkan fungsi ginjal, dan mencerdaskan otak. "Hadis Riwayat Tabrani mengatakan, berpuasalah, niscaya kamu sehat," katanya, Jumat 26/5 Agita memaparkan, lambung memproses makanan selama empat jam dan mengosongkannya selama empat jam pula. Maka itu, dengan berpuasa, lambung kita dapat bekerja secara maksimal. Kemudian hal ini berdampak pada pemulihan organ tubuh yang menyampaikan, asalkan dilakukan secara baik dan benar shaum tidak akan memberatkan. Adapun cara berpuasa yang baik dan benar adalah dengan sahur yang sehat dan buka tidak berlebihan. Selain itu pola makan kita selama berpuasa juga harus makanan terbagi ke dalam tiga jenis. Pertama makanan yang sifatnya hajat. Di mana makanan tersebut harus dikonsumsi untuk menegakkan tulang punggung. "Kedua makanan yang bersifat qifayah, yakni makanan yang mengisi 1/3 perut kita," ujar Agita. Sebagaimana ajaran Rasulullah, guna menjaga kesehatan tubuh, kita harus menjaga konsumsi makanan hanya untuk memenuhi 1/3 perut. Karena 1/3 lainnya disisakan untuk udara, dan 1/3 lainnya untuk air. Adapun cara untuk mengontrolnya yakni dengan berhenti makan sebelum makanan Fudlah, yakni cara makan yang berlebihan. Cara seperti inilah yang harus dijauhi karena dapat menimbulkan berbagai penyakit. "Maka itu, hadis Ibnu Majah memaparkan bahwa puasa adalah penangkal dari semua jenis penyakit," papar Agita. Berita Lainnya Daftar Isi Apakah Boleh Berpuasa di Bulan Rajab? Dalil tentang Puasa Rajab Pendapat para Ulama tentang Puasa Rajab Hadis-Hadis Palsu tentang Puasa Rajab Jadi, Puasa Rajab Bid'ah atau Tidak? Medan - Puasa Rajab menjadi salah satu amalan yang sering dikerjakan sebagian besar Muslim Indonesia selama bulan ketujuh Tahun Hijriah ini. Bulan Rajab sendiri termasuk salah satu bulan bulan tersebut dianggap suci. Amalan saleh yang dikerjakan selama bulan haram akan digandakan-begitu pula dengan dosa perbuatan karena itu, orang pun ramai-ramai berpuasa untuk mendapatkan pahala yang banyak. Namun, pernahkah detikers mendengar bahwa puasa Rajab bid'ah alias amalan yang diada-adakan? Merujuk berbagai sumber dan salah satu ceramah Buya Yahya yang diunggah oleh kanal YouTube Al-Bahjah TV, berikut detikSumut hadirkan jawaban mengenai apakah puasa Rajab bid'ah atau tidak untukmu!Apakah Boleh Berpuasa di Bulan Rajab?Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa puasa merupakan salah satu amalan yang disukai oleh Allah SWT. Hal itu seperti yang tersirat dalam hadis berikutDari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misik kasturi." HR. Bukhari, no. 1894 dan Muslim no. 1151.Dari situ, sudah jelas bahwa puasa secara umum merupakan ibadah yang sangat juga menimpali, larangan berpuasa di hari-hari tertentu cukup terbatas. Seorang muslim dilarang melakukan saum hanya pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, hari tasyrik 11, 12, 13 Zulhijah, dan beberapa hari terakhir bulan luar dari hari-hari tersebut, kaum muslimin dapat mengerjakan ibadah puasa sunah. Dalam bahasanya, Buya Yahya menegaskan bahwa semua amalan ibadah yang dapat dilakukan di luar bulan Rajab juga boleh dikerjakan di bulan berarti, puasa-puasa yang dapat dikerjakan di luar Rajab sejatinya juga bisa dilakukan selama bulan adakah dalil yang memang mengkhususkan puasa di bulan Rajab? Lanjut baca untuk menemukan jawabannya, ya!Dalil tentang Puasa RajabTerkait hal ini, terdapat sebuah hadis sahih yang menceritakan bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab. Ini dapat dilihat dari Shahih Muslim hadis nomor 1960. Dari Utsman bin Hakim Al Anshari, bunyinya adalah"Saya bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan Rajab. Maka, ia pun menjawab, 'Saya telah mendengar Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma berkata, 'Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa.'"Buya Yahya menerangkan, dari riwayat tadi, bisa dipahami bahwa Rasulullah pernah rutin menjalankan ibadah puasa sampai tidak ada yang tertinggal selama bulan Rajab. Itulah mengapa Sa'id bin Jubair mengatakan "bahwa beliau tidak akan berbuka".Akan tetapi, di lain kesempatan, Nabi juga pernah hampir tidak berpuasa sama sekali saat bulan Rajab sampai-sampai sahabat berkata "beliau tidak akan puasa".Berdasarkan kebiasaan Rasulullah yang melakukan dan meninggalkan saum tersebut, Buya Yahya mengatakan, ini artinya puasa di bulan Rajab adalah amalan apabila detikers berpuasa di bulan Rajab, maka kamu telah melaksanakan amalan sunah. Namun, jika tidak mengerjakannya, maka kamu sebatas tidak mendapatkan keutamaan sunah para Ulama tentang Puasa RajabDalam cermahnya, Buya Yahya juga menambahkan pendapat jumhur ulama terkait puasa di bulan Rajab yang tertuang dalam kitab fikih. Ia mengatakan, empat mahzab-Maliki, Syafi'i, Hambali, dan Hanafi-sepakat bahwa puasa bulan Rajab adalah tetapi, menurut sebagai mahzab Hambali, puasa Rajab dipandang sebagai makruh apabila dikerjakan selama 1 bulan penuh. Akan tetapi, kemakruhan tersebut dapat hilang jikaada satu hari dalam bulan Rajab yang sengaja ditinggalkan untuk tidak berpuasa,disambung dengan berpuasa di bulan selanjutnya Syakban,didahului dengan berpuasa di bulan sebelumnya Jumadil Akhir, danberpuasa di bulan selain Rajab walaupun hanya satu hal yang membuat makruh tersebut ditunaikan, maka hukum puasa Rajab kembali jatuh ke dalam kenapa ada yang mengatakan kalau puasa Rajab bid'ah? Berikut ulasannya di bagian Palsu tentang Puasa RajabSejumlah kalangan memandang puasa rajab sebagai bidah. Sebagai informasi, bidah adalah ibadah baru yang diciptakan tanpa berlandaskan syariat atau tidak memiliki dalil yang yang menganggap bidah berangkat dari banyaknya hadis-hadis daif lemah dan palsu tentang keutamaan yang didapat dari mengerjakan puasa ceramahnya, Buya Yahya tidak menjelaskan lebih rinci tentang hadis-hadis palsu tersebut. Namun, dirinya mengiyakan bahwa ada "riwayat tidak benar" mengenai keutamaan puasa menambahkan, berikut detikSumut sajikan sejumlah hadis-hadis palsu terkait puasa Rajab yang dikutip dari laman Almanhaj"Rajab bulan Allah, Syakban bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku." dinilai palsu"Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan salat empat rakaat, di rakaat pertama baca 'Ayat Kursi' seratus kali dan di rakaat kedua baca 'surat Al-Ikhlas' seratus kali, maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di surga atau diperlihatkan kepadanya sebelum ia mati". dinilai palsu"Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab ganjarannya sama dengan berpuasa satu bulan." dinilai sangat lemah"Sesungguhnya di surga ada sungai yang dinamakan 'Rajab'. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu." dinilai batil"Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan baginya ganjaran puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu surga. Dan barangsiapa puasa nisfu setengah bulan Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah." dinilai palsuAdapun hadis populer tentang anjuran puasa Rajab yang didasarkan pada percakapan Al Bahili dan Rasulullah SAW juga tergolong daif atau dari isi hadisnya adalah sebagai berikutDari Mujibah Al Bahiliyyah, dari ayahnya atau pamannya, "Sesungguhnya ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia pergi kemudian mendatangi beliau lagi setelah satu tahun, di mana keadaannya dan dirinya telah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengenaliku?"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Siapakah engkau?"Ia menjawab, "Aku, Al Bahili yang datang kepadamu setahun yang lalu."Beliau bersabda, "Apa yang mengubahmu, padahal dulu keadaanmu baik."Ia berkata, "Aku tidak makan apa pun sejak aku berpisah denganmu, kecuali pada malam hari saja."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, "Engkau telah menyiksa dirimu sendiri."Kemudian beliau bersabda, "Puasalah pada bulan Ash Shabr kesabaran dan satu hari di setiap bulan."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku karena aku memiliki kekuatan."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasalah dua hari setiap bulan."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku."Beliau bersabda, "Puasalah tiga hari."Ia berkata, "Tambahkanlah untukku."Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah. Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah. Berpuasalah pada bulan-bulan haram dan tinggalkanlah."Beliau berkata sambil berisyarat dengan tiga jarinya, beliau satukan ketiganya kemudian beliau pisahkan."Al Hafizh Abu Thohir menilai sanad hadis tersebut sebagai daif karena keadaan Mujibah. Spesifiknya, Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilaliy mengatakan bahwa Mujibah Al Bahiliyyah tidak Puasa Rajab Bid'ah atau Tidak?Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puasa di bulan Rajab bukan termasuk bidah. Malahan, mengerjakannya termasuk sunah karena Rasulullah dahulu juga pernah yang tidak benar adalah mengkhususkan berpuasa pada hari-hari tertentu di bulan Rajab beserta keistimewaannya. Pasalnya, tidak ada dalil sahih yang menjelaskan hal kesahihannya tidak teruji, maka detikers tidak dapat menjadikannya sebagai sandaran untuk melakukan puasa kata, detikers boleh melakukan puasa di bulan Rajab, mulai dari puasa Senin-Kamis, puasa Daud, ayyamul bidh, ataupun qada puasa. Namun, untuk puasa khusus di hari pertama, kedua, ataupun ketiga bulan Rajab dan yang lainnya, amalan seperti itu tidak didasarkan pada dalil sahih sehingga tidak sebaiknya untuk dikerjakan. Wallahua'lam bishawab. Simak Video " Jadwal Puasa Rajab, Bacaan Niat dan 6 Keutamaannya" [GambasVideo 20detik] dpw/dpw Menjelang atau memasuki bulan suci Ramadhan, kita cukup sering mendengar ayat yang satu ini يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Artinya "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," al-Baqarah [2] 183. Hampir setiap khatib dan penceramah mengawali uraian atau muqaddimahnya dengan ayat ini. Berbagai hal yang berkenaan dengan puasa pun telah dibahas tuntas oleh mereka. Mulai dari dasar hukum, aturan fiqih, hikmah, hingga serba-serbi, sudah menjadi sederet topik yang disajikan di hadapan para jamaah. Namun, ada satu topik yang sepertinya belum banyak diangkat, yakni bagaimana puasanya orang-orang terdahulu sebelum kita, seperti diungkap dalam penggalan ayat di atas, “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.” Mengutip pendapat Abu Jafar, al-Thabari w. 310 dalam Tafsîr-nya Jeddah Muassasah al-Risalah, Cetakan I, 2000, Jilid 3, h. 410 menyatakan bahwa para ulama tafsir sendiri berbeda pendapat mengenai maksud “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu,” di atas. Sebagian ada yang menyatakan, penekanan tasybîh atau perumpamaan di sana adalah kewajiban puasanya. Sedangkan yang lain menekankan orang-orang yang berpuasanya. Kendati demikian, kedua perbedaan ini tetap bermuara pada maksud orang-orang terdahulu beserta cara, waktu, dan lama puasa mereka. Jika penekanannya adalah orang-orang berpuasa yang sama dengan kita, jelas maksudnya adalah kaum Nasrani. Sebab, mereka diwajibkan berpuasa Ramadhan di mana waktu dan lamanya sama seperti puasa yang difardhukan kepada kita. Hal itu seperti yang dikutip al-Thabari dari Musa ibn Harun, dari Amr ibn Hammad, dari Asbath, dari al-Suddi. Ia menyatakan, “Maksud orang-orang sebelum kita adalah kaum Nasrani. Sebab, mereka diwajibkan berpuasa Ramadhan. Mereka tidak boleh makan dan minum setelah tidur dari waktu isya hingga waktu isya lagi, juga tidak boleh bergaul suami-istri. Rupanya, hal itu cukup memberatkan bagi kaum Nasrani termasuk bagi kaum Muslimin pada awal menjalankan puasa Ramadhan. Melihat kondisi itu, akhirnya kaum Nasrani sepakat untuk memindahkan waktu puasa mereka sesuai dengan musim, hingga mereka mengalihkannya ke pertengahan musim panas dan musim dingin. Mereka mengatakan, Untuk menebus apa yang kita kerjakan, kita akan menambah puasa kita sebanyak dua puluh hari.’ Dengan begitu, puasa mereka menjadi 50 hari. Tradisi Nasrani itu juga tidak makan-minum dan tak bergaul suami istri masih terus dilakukan oleh kaum Muslimin, termasuk oleh Abu Qais ibn Shirmah dan Umar ibn al-Khathab. Maka Allah pun membolehkan mereka makan, minum, bergaul suami-istri, hingga waktu fajar.” Ada pula yang berpendapat bahwa maksud orang-orang terdahulu di sana adalah Ahli Kitab, dalam hal ini adalah kaum Yahudi, sebagaimana dalam riwayat Mujahid dan Qatadah. Dalam riwayatnya, Qatadah mengungkapkan, “Puasa Ramadhan telah diwajibkan kepada seluruh manusia, sebagaimana yang diwajibkan kepada orang-orang sebelum mereka. Sebelum menurunkan kewajiban Ramadhan, Allah menurunkan kewajiban puasa tiga hari setiap bulannya.” Namun demikian, status wajib puasa tiga hari ini ditolak oleh sahabat yang lain. Menurut mereka, puasa tiga hari yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu bukan wajib, melainkan sunnah. Pasalnya, tidak ada riwayat kuat yang dijadikan hujjah bahwa ada puasa wajib sebelum puasa Ramadhan yang diberikan kepada umat Islam. Kendati ada puasa yang wajib sebelum Ramadhan, maka ia sudah dihapus mansukh dengan kewajiban puasa Ramadhan. Demikian seperti yang dikemukakan dalam Tafsir al-Thabari. Dalam riwayat lain, selain puasa tiga hari dalam sebulan, Rasulullah juga menjalankan puasa Asyura, yakni puasa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada 10 Muharram. Bahkan, kaitan dengan puasa Asyura ini, Ibnu Abbas meriwayatkan, “Sewaktu datang ke Madinah, Rasulullah mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, Hari apa ini?’ Mereka menjawab, Ini hari yang agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan bala tentara Firaun. Maka kaum Yahudi pun puasa sebagai wujud syukur.’ Beliau lalu bersabda, Aku tentu lebih utama terhadap Musa dan lebih hak menjalankan puasa itu dibanding kalian.’ Maka beliau pun berpuasa dan memerintahkan para sahabat berpuasa pada hari itu.” Hal itu kemudian ditandaskan oleh Ibnu Abi Hatim w. 327 dalam Tafsîr-nya Jeddah Maktabah Nazar Musthafa al-Baz, Cetakan III, 2000, Jilid 1, h. 303 berdasarkan riwayat al-Dhahak, Ibnu Abbas, dan Ibnu Masud. Ia menyatakan bahwa puasa tiga hari setiap bulan juga biasa dilakukan oleh Nabi Nuh juga oleh para nabi setelahnya, kemudian diikuti oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Puasa mereka dilakukan selama tiga hari setiap bulannya dan berbuka pada waktu isya. Bahkan, dalam Tafsir al-Tsalabi, Beirut Daru Ihya al-Turats, Cetakan I, 2002, Jilid 2, h. 62 disebutkan bahwa Nabi Adam alaihis salam pun pernah menjalankan puasa tiga hari ini. Diriwayatkan, sewaktu diturunkan dari surga ke muka bumi, Nabi Adam terbakar kulitnya oleh matahari, sehingga tubuhnya menghitam. Kemudian, ia berpuasa pada hari ketiga, yakni tanggal lima belas. Kemudian, ia didatangi oleh malaikat Jibril dan ditanya, “Wahai Adam, maukah tubuhmu kembali memutih?” Nabi Adam menjawab, “Tentu saja.” Malaikat Jibril melanjutkan, “Berpuasalah engkau pada tanggal 13, 14, dan 15.” Ia pun berpuasa. Pada hari pertama, memutihlah sepertiga tubuhnya. Pada hari kedua, memutihlah dua pertiga tubuhnya. Pada hari ketiga, memutihlah seluruh tubuhnya. Maka kemudian puasa ini disebut dengan puasa “ayyamul bidl” atau “hari-hari putih”. Di samping itu, dalam Tafsîr al-Thabari kembali dikemukakan, puasa Asyura juga pernah dilaksanakan oleh Nabi Nuh alaihis salam sewaktu turun dengan selamat dari kapal yang ditumpanginya. Disebutkan, pada awal bulan Rajab, Nabi Nuh alaihis salam mulai menaiki kapalnya. Saat itu, ia bersama para penumpang lainnya berpuasa. Kapal pun berlayar hingga enam bulan lamanya. Pada bulan Muharram, kapal berlabuh di gunung Judi, tepat pada hari Asyura. Maka ia pun berpuasa, tak lupa memerintah para penumpang lain, termasuk hewan bawaannya, untuk turut berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah. Selanjutnya, puasa orang-orang terdahulu juga dapat dilacak dari sabda Rasulullah sendiri sewaktu ditanya oleh seorang laki-laki, “Bagaimana menurutmu tentang orang yang berpuasa satu hari dan berbuka satu hari?” Beliau menjawab, “Itu adalah puasanya saudaraku, Dawud Bahkan dalam hadits lain, beliau menyatakan أَفْضَلُ الصَّوْمِ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا Sebaik-bainya puasa adalah puasa saudaraku, Dawud Ia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari, Ahmad. Berdasar hadits di atas, Nabi Dawud alaihis salam juga memiliki kebiasaan berpuasa selang sehari. Puasa itu kemudian disunnahkan oleh Rasulullah kepada umatnya. Demikian halnya puasa Asyura dan puasa “ayyamul bidl”. Dari uraian di atas, dapat ditarik dua kesimpulan besar mengenai tafsir penggalan ayat “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.” Sebagian mengatakan, maksud ayat itu adalah adanya kesamaan kewajiban puasa antara umat terdahulu dengan umat Islam. Sedangkan waktu, cara, dan lamanya tentu saja berbeda, seperti puasa Dawud, puasa Asyura bagi umat Yahudi, puasa “ayyamul bidl” yang biasa dilaksanakan Nabi Nuh, Nabi Adam, dan Rasulullah sebelum turun perintah puasa Ramadhan. Ada lagi yang menafsirkan adanya kesamaan kewajiban puasa, baik waktu maupun lamanya, seperti puasa Ramadhan bagi umat Nasrani. Mereka wajib menjalankannya pada Ramadhan selama 30 hari, namun karena keberatan kemudian mereka mengalihkannya ke pertengahan musim panas dan dingin dengan penambahan hari. Wallahu a’lam. Ustadz M. Tatam Wijaya, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin”, Desa Jayagiri, Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

rasulullah pernah mengatakan puasalah kamu supaya